Lampungku39– Menjelang lebaran hari raya idul fitri ada kabar baik sekaligus kabar buruk bagi pertanian singkong provinsi Lampung.
Kabar baiknya, pabrik tapioka sebagai penampung singkong petani Lampung kembali menampung singkong dari petani dan salah satunya perusahaan besar tapioka di Lampung.
Tentu kembali beroperasinya pabrik tapioka setelah tutup akibat dari penetapan harga singkong Rp 1.350 perkilogram oleh kebijakan Menteri Pertanian Amran Sulaiman ini berkaitan erat dengan kerja Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal.
Melansir jejak digital yang ada, ia mengatakan pada Rabu, 12 Maret 2025 bahwa sudah memanggil pihak perusahaan tapioka. Dalam pertemuan itu, menurutnya perusahaan keberatan atas penetapan harga tersebut karena mengalami kerugian.
Mirza kemudian meminta perusahaan membuka kembali perusahaan untuk bisa beroperasi atas syarat ada pemberlakuan harga baru dari penetapan Menteri Pertanian demi menghindari kerugian petani akibat pabrik yang gulung tikar. Namun ia juga mengatakan bahwa penetapan harga itu sangat baik, hanya saja untuk di Lampung masih perlu penyesuaian.
Atas pertemuan itu kemudian muncul kabar buruk dari kembali beroperasinya pabrik tapioka di Lampung.
Sebagaimana yang Gubernur katakan bahwa perusahaan tapioka keberatan dan akan ada pembaharuan kesepakatan harga dari yang telah menjadi ketetapan standar nasional oleh Mentan Amran Sulaiman.
Harga singkong perkilogram tidak sampai Rp1.350 karena pada hari Rabu tanggal 12 Maret tersiar kabar bahwa salah satu perusahaan telah membeli singkong dari petani Lampung Rp1.100 perkilogram dengan kadar aci 24 persen.
Pihak perusahaan yang membeli singkong tersebut juga meminta para sopir truk yang hendak menjual singkongnya harus menandatangani surat kesepatakan harga yang kemudian pemilik singkong terpaksa mengikuti.
Padalah bos perusahaan tersebut telah hadir dalam pertemuan dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam penetapan harga singkong Rp 1.350 perkilogram.
Berdasar artikel di beranda digital, Mentan bahkan telah menegaskan bagi perusahaan yang melanggar akan berhadapan langsung dengannya.
Miris memang membaca berita soal pertanian singkong di Lampung ini, yang padahal merupakan provinsi agraris sebagai salah satu lokomotif pertanian nasional. Namun untuk harga singkong saja masih kalah dengan harga jual singkong di Afrika yang telah menyentuh harga empar ribu rupiah perkilogramnya.*