Bandar Lampung, Mei 2025 – Pasar Bambu Kuning, salah satu pusat perbelanjaan tradisional di Kota Bandar Lampung, tengah menghadapi penurunan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan. Menjelang Hari Raya Idulfitri, yang biasanya menjadi momen lonjakan penjualan, para pedagang justru mengeluhkan sepinya pengunjung dan turunnya omzet.
Lasmaini, seorang pedagang pakaian, mengaku bahwa penghasilannya kini jauh berkurang. “Sebelumnya bisa untung kotor Rp5–7 juta per bulan, sekarang hanya Rp1–3 juta. Bahkan, satu toko sudah saya jual karena tidak sanggup bayar biaya operasional,” ujarnya. Meski telah mencoba berjualan melalui platform online seperti TikTok Shop dan Shopee, hasilnya belum mampu menutup penurunan penjualan di toko fisik.
Hal serupa dirasakan Bu Yati, pedagang jilbab. “Dulu ramai sekali, sekarang banyak yang cuma tanya-tanya, tapi nggak beli,” keluhnya. Dalam sepekan, ia hanya mampu menjual empat potong jilbab.
Kondisi ini juga tercermin dari banyaknya kios yang tutup. Menurut Tabirin, pengelola Pasar Bambu Kuning, lebih dari 50 kios telah kosong karena ditinggal pedagang. “Jumlah pengunjung dari pagi sampai sore hanya sekitar 100 orang,” jelasnya.
Selain minimnya pembeli, buruknya fasilitas pasar turut memperparah situasi. AC dan eskalator yang sebelumnya menjadi daya tarik kini sudah tidak berfungsi karena pedagang tidak mampu menanggung biaya operasionalnya. “Fasilitas itu sudah mati sejak lama. Sempat menyala sebelum pandemi, tapi kemudian mati lagi karena biaya terlalu tinggi,” tambah Tabirin.
Para pedagang berharap pemerintah dapat memberikan solusi, seperti peningkatan fasilitas pasar serta pelatihan digitalisasi agar mereka mampu bersaing di era belanja online yang kian dominan.