LAMPUNGKU39NEWS-Saat ini, masyarakat tengah dihadapkan pada fenomena “doom spending” atau kebiasaan berbelanja tanpa pertimbangan yang matang. Direktur IT & Operasional 360Kredi, Defrian Afdi, mengungkapkan bahwa doom spending kini marak di kalangan anak muda, terutama generasi Z dan milenial. Kebiasaan ini dipicu oleh gaya hidup yang sering mengedepankan self-care atau self-reward untuk mengatasi stres dan kecemasan.
“Melakukan self-reward sah-sah saja, seperti membeli barang, belanja, liburan, atau beli tiket konser. Namun, tindakan tersebut sering kali impulsif. Sebaiknya, self-reward dilakukan dengan bijak dan mempertimbangkan kondisi keuangan yang ada,” ujar Defrian Afdi dalam rangkaian Bulan Fintech Nasional dan IFSE 2024 di Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Direktur Pengembangan Bisnis UATAS, Shintya Maulida, menambahkan bahwa doom spending yang dilakukan secara terus-menerus dapat berdampak buruk. “Pengeluaran yang tidak terkendali seperti doom spending dapat mengakibatkan kondisi finansial yang tidak aman, kurangnya tabungan, dan peningkatan utang impulsif,” jelas Shintya.
Untuk menghindari doom spending, keduanya menekankan pentingnya peningkatan literasi keuangan masyarakat, termasuk manajemen utang. Menurut mereka, kehadiran fintech lending dapat menjadi solusi keuangan yang efektif karena menawarkan opsi pinjaman yang terstruktur, terjangkau, serta aman dan transparan.
360Kredi juga menandatangani komitmen bersama dengan AFPI, AFTECH, dan berbagai platform fintech lending lainnya dalam IFSE 2024. Mereka berkomitmen untuk meningkatkan keamanan, transparansi, dan keberlanjutan dalam industri fintech lending, serta membangun kepercayaan publik terhadap layanan tersebut.
Dalam acara yang sama, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong industri fintech untuk membantu Presiden Prabowo dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. “Kami akan mendukung dengan fasilitasi kebijakan, pengaturan, dan upaya pengembangan yang tepat untuk mencapai target tersebut,” kata Mahendra.
Mahendra juga memaparkan bahwa nilai pinjaman yang disalurkan industri fintech saat ini mencapai Rp700 triliun, yang sebagian besar diterima oleh pelaku UMKM yang belum terjangkau layanan perbankan.