Ekonomi Indonesia Melambat, Cuma Tumbuh 5,03% di 2024

Jakarta, 5 Februari 2025 – Ekonomi Indonesia diperkirakan hanya tumbuh 5,03% pada tahun 2024, lebih rendah dari target yang dipatok sebelumnya. Data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pelambatan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 5,24%.

Menurut laporan BPS, pelambatan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan kinerja ekspor, pengaruh inflasi yang masih tinggi, serta ketidakpastian global yang berdampak pada pasar domestik. Sejumlah sektor yang sebelumnya menjadi penggerak utama ekonomi, seperti manufaktur dan perdagangan, mengalami penurunan tajam akibat berkurangnya permintaan internasional dan melambatnya sektor konsumsi.

Wakil Kepala BPS, Purnama Widya, dalam konferensi persnya mengungkapkan bahwa meski ada kenaikan di beberapa sektor, terutama sektor jasa dan pertanian, hal ini tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi. “Kenaikan harga bahan pokok, ketidakpastian harga energi, dan penurunan investasi asing menjadi tantangan besar bagi perekonomian kita pada tahun 2024,” katanya.

Selain itu, daya beli masyarakat yang masih lemah menjadi salah satu penghambat utama. Meskipun sektor konsumsi domestik berkontribusi besar terhadap ekonomi, tingginya biaya hidup dan harga barang-barang kebutuhan pokok membuat banyak keluarga menahan pengeluaran. Hal ini berdampak pada menurunnya pertumbuhan sektor ritel dan perdagangan.

Ekonom senior, Dr. Budi Santosa, menjelaskan bahwa pelambatan ini adalah cerminan dari dampak jangka panjang dari ketegangan perdagangan global dan inflasi yang terus berlanjut. “Ekonomi global yang melambat, ditambah dengan krisis energi dan ketegangan geopolitik, sangat mempengaruhi kinerja ekspor kita. Indonesia harus segera mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan diversifikasi ekonomi dan memperbaiki iklim investasi,” katanya.

Di sisi lain, pemerintah mengklaim telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi, seperti menggelontorkan stimulus fiskal, meningkatkan belanja infrastruktur, dan memperkenalkan kebijakan untuk mendorong investasi. Meski demikian, upaya tersebut belum mampu sepenuhnya mengatasi masalah struktural yang menghambat pertumbuhan.

Sejumlah pelaku usaha juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap proyeksi ekonomi yang lebih rendah di tahun 2024. “Kami sudah merasakan dampak dari kenaikan biaya produksi dan kurangnya permintaan pasar. Kami berharap pemerintah segera melakukan langkah-langkah konkrit untuk merangsang sektor-sektor yang lesu,” ujar Andi, seorang pengusaha manufaktur.

Masyarakat pun mulai merasakan dampaknya, dengan tingkat pengangguran yang diperkirakan sedikit meningkat dan daya beli yang semakin terbatas. Kendati demikian, pemerintah tetap optimistis bahwa upaya untuk memperbaiki infrastruktur, meningkatkan kualitas pendidikan, dan menciptakan lapangan kerja baru akan membantu menstabilkan ekonomi dalam jangka panjang.

Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, pemerintah diharapkan bisa segera menyesuaikan kebijakan untuk memacu pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *