Lampung – Perairan Lampung dikenal sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kekayaan hayati laut luar biasa. Dengan garis pantai yang panjang, terumbu karang yang luas, hingga ekosistem mangrove yang subur, habitat laut di provinsi ini menjadi rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna laut. Namun, tantangan konservasi terus menjadi sorotan di tengah ancaman kerusakan lingkungan.
Surga Keanekaragaman Hayati
Perairan Lampung mencakup Teluk Lampung, Selat Sunda, dan beberapa pulau kecil seperti Pulau Pahawang, Pulau Sebesi, dan Pulau Kelagian. Wilayah ini menjadi habitat bagi ikan hias, lumba-lumba, penyu laut, hingga terumbu karang yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Menurut data dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, perairan ini dihuni lebih dari 100 jenis ikan karang, 10 jenis penyu, serta berbagai spesies laut langka seperti pari manta dan kuda laut. Terumbu karang di kawasan ini juga menjadi salah satu yang paling produktif, dengan tutupan karang hidup mencapai 60-70% di beberapa lokasi seperti Pulau Pahawang dan Taman Nasional Way Kambas.
“Lampung adalah salah satu pusat biodiversitas laut di Indonesia. Keanekaragaman hayatinya sangat tinggi dan memiliki potensi besar, baik untuk ekowisata maupun penelitian,” ujar Kepala BKSDA Lampung, Agus Santoso.
Ancaman Kerusakan Lingkungan
Namun, kekayaan laut Lampung menghadapi ancaman serius. Aktivitas perikanan berlebihan, penggunaan alat tangkap destruktif, pencemaran limbah, serta pembangunan pesisir yang masif menjadi faktor utama yang mengancam kelestarian habitat laut di daerah ini.
Khususnya, terumbu karang di Teluk Lampung mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan akibat sedimentasi dan aktivitas pariwisata yang tidak terkendali. Selain itu, penebangan mangrove di pesisir untuk keperluan tambak udang telah mengurangi area penting bagi ikan dan biota laut lainnya untuk berkembang biak.
“Kalau tidak segera ditangani, kita bisa kehilangan sebagian besar kekayaan laut Lampung dalam 10-20 tahun ke depan. Padahal, potensi ekonominya sangat besar,” kata Dedi Sutrisno, seorang peneliti lingkungan dari Universitas Lampung.
Upaya Pelestarian
Untuk menjaga habitat laut di Lampung, pemerintah daerah bersama berbagai pihak telah menginisiasi sejumlah program konservasi. Salah satunya adalah pengembangan kawasan konservasi laut, seperti Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Pulau Pahawang.
Selain itu, program rehabilitasi terumbu karang dan mangrove juga mulai gencar dilakukan, melibatkan masyarakat lokal dan kelompok nelayan. Edukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian laut kepada para pelaku wisata dan masyarakat pesisir menjadi bagian dari strategi pelestarian.
“Masyarakat punya peran besar dalam menjaga laut kita. Jika mereka sadar pentingnya keberlanjutan, kita bisa bersama-sama menjaga Lampung sebagai surga biodiversitas,” ujar Ratna Dewi, aktivis lingkungan lokal.
Ekowisata Sebagai Solusi
Ekowisata menjadi salah satu solusi untuk mendukung pelestarian habitat laut Lampung. Beberapa lokasi, seperti Pulau Pahawang dan Pulau Kiluan, telah menjadi destinasi wisata populer yang mengedepankan konsep ramah lingkungan. Wisatawan diajak untuk menikmati keindahan laut tanpa merusak ekosistem, seperti snorkeling tanpa menyentuh karang dan pelepasan penyu ke laut.
Melalui upaya pelestarian dan pengelolaan yang berkelanjutan, habitat laut Lampung diharapkan dapat terus menjadi salah satu kekayaan alam yang mendukung ekosistem, ekonomi, dan kehidupan masyarakat.