LAMPUNGKU39NEWS-Kementerian Kesehatan menegaskan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi bagi anak muda dalam mencapai target Three Zero HIV/AIDS, yang meliputi eliminasi infeksi baru, penghapusan diskriminasi, dan pencegahan kematian akibat AIDS. Selain itu, mereka berupaya meminimalisir penularan HIV dan sifilis dari ibu ke anak. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ina Agustina Isturini, menyatakan dalam sebuah acara di Jakarta, Kamis, bahwa prevalensi HIV pada remaja dan dewasa muda berusia 15-24 tahun mengalami peningkatan di beberapa negara sejak tahun 2019.
Ina mengungkapkan, prevalensi HIV di kalangan lelaki seks dengan lelaki (LSL) remaja dan dewasa muda di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan yang lebih tinggi dari rata-rata global. Berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA) hingga September 2024, sebanyak 71 persen Orang dengan HIV (ODHIV) mengetahui status mereka, namun hanya 64 persen yang menjalani terapi antiretroviral (ARV), dan baru 48 persen di antaranya yang tes viral load-nya menunjukkan virus tersupresi.
“Untuk mencapai Three Zero, ditargetkan 95 persen ODHIV terdiagnosis, 95 persen menjalani terapi ARV seumur hidup, dan 95 persen mengalami supresi virus HIV sebagai bukti keberhasilan pengobatan ARV pada tahun 2030,” ujar Ina.
Ina menekankan perlunya peningkatan edukasi kesehatan reproduksi di kalangan remaja dan dewasa muda sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan. Dia juga menggarisbawahi pentingnya komitmen dan kolaborasi bersama dalam upaya tersebut.
Sementara itu, HIV Senior Advisor dari Monitoring dan Evaluation USAID Bantu II, Aang Sutrisna, menyatakan bahwa Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2024 sedang dalam proses. Hasil awal menunjukkan tren yang tidak jauh berbeda dengan versi 2017. Pada SDKI 2017, dijelaskan mengenai pengetahuan publik tentang HIV/AIDS serta dua perilaku risiko, yaitu hubungan seksual dan penggunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA).
Pengetahuan komprehensif tentang HIV meningkat dari 2007 hingga 2017, terutama pada kelompok usia 20-24 tahun dan lebih tinggi pada perempuan. Namun, Aang menambahkan bahwa proyeksi SDKI 2024 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang HIV masih jauh dari target, dengan angka yang tetap rendah di kedua kelompok usia tersebut.
Diperkirakan pada 2024, terdapat 40 juta orang berusia 15-24 tahun. Data SDKI 2017 menunjukkan bahwa persentase hubungan seksual pada penduduk umum berumur 15-20 tahun, di luar populasi kunci seperti LSL, transpuan, wanita pekerja seksual, pelanggan seks, dan pengguna narkoba jarum suntik, cenderung di bawah lima persen.
“Namun, dengan populasi sebesar 40 juta, meskipun hanya 5 persen, angkanya menjadi signifikan. Jika setengahnya, sekitar 20 juta orang, maka 5 persen dari mereka bisa mencapai 100 ribu anak usia 15-19 tahun yang pernah melakukan hubungan seksual,” ungkap Aang.
Data SDKI 2007-2017 juga menunjukkan bahwa 0,3-0,1 persen laki-laki berusia 15-24 tahun menggunakan NAPZA jenis suntik. Meski angka tersebut relatif kecil, jumlah absolutnya tetap besar mengingat populasi yang ada mencapai 40 juta.