Lampungku39– Praktik politik uang di Lampung dinilai semakin kurang efektif dalam memengaruhi pemilih.
Senior Peneliti Indikator Politik Indonesia, Agus Trihartono, mengungkapkan bahwa tingkat keberhasilan politik uang di provinsi ini tergolong rendah.
“Dari empat amplop yang diberikan kepada pemilih, hanya satu yang efektif memengaruhi pilihan. Artinya, kandidat harus mengeluarkan empat amplop untuk mendapatkan satu suara,” ujarnya.
Meskipun demikian, hasil survei menunjukkan masih ada 39,5 persen pemilih di Lampung yang menganggap politik uang sebagai hal wajar. Namun, mayoritas, yaitu 55,8 persen, menilai praktik tersebut tidak wajar dan tidak dapat diterima.
“Secara umum, enam dari sepuluh pemilih di Lampung menolak politik uang. Ini menunjukkan bahwa kesadaran terhadap pentingnya demokrasi yang bersih mulai tumbuh,” tambah Agus.
Ia juga menyebut bahwa di antara pemilih yang menerima uang, 56 persen tetap memilih berdasarkan hati nurani.
“Banyak pemilih yang menerima uang, tetapi tidak mengubah pilihan mereka. Ini membuktikan bahwa politik uang semakin tidak relevan di Lampung,” katanya.
Agus optimistis bahwa efektivitas politik uang di Lampung akan terus menurun seiring meningkatnya rasionalitas pemilih. Menurutnya, masyarakat kini lebih fokus pada program kerja dan kualitas kandidat daripada iming-iming uang.
“Pemilih di Lampung semakin cerdas. Keputusan mereka lebih dipengaruhi oleh program dan kualitas kandidat, bukan uang. Tidak menutup kemungkinan ke depan pemilih akan lebih rasional,” ungkapnya.
Meskipun praktik politik uang masih ditemukan, Agus menilai bahwa praktik ini mulai kehilangan tempat di tengah masyarakat Lampung yang semakin sadar akan pentingnya pemilu yang jujur dan adil.***