Memasuki kuartal kedua tahun 2025, ekonomi Provinsi Lampung memperlihatkan dinamika yang menarik. Di satu sisi, geliat sektor pertanian dan perdagangan masih menjadi tulang punggung utama, sementara di sisi lain, tantangan global dan domestik turut mempengaruhi stabilitas ekonomi daerah ini.
Sektor pertanian, terutama komoditas unggulan seperti kopi, lada, dan singkong, menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Harga komoditas ekspor ini mengalami peningkatan tipis di pasar dunia, memberikan angin segar bagi petani lokal. Namun, tingginya biaya produksi akibat kenaikan harga pupuk dan distribusi masih menjadi beban yang berat.
Di sektor industri, pengembangan Kawasan Industri Lampung (KIL) mulai menunjukkan hasil positif. Investasi asing dan domestik meningkat, walaupun belum signifikan. Banyak investor masih berhitung, menanti kepastian regulasi serta perbaikan infrastruktur dasar seperti jalan dan listrik, yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah.
Sektor pariwisata, yang digadang-gadang sebagai sumber pertumbuhan baru, mulai bergeliat kembali pasca-pandemi. Event-event lokal seperti Festival Krakatau 2025 berhasil menarik wisatawan domestik, walau kontribusinya terhadap PDRB masih terbatas.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa ketimpangan ekonomi masih menjadi persoalan serius. Daerah pesisir dan pedalaman Lampung belum merasakan pemerataan pembangunan sebagaimana yang diharapkan. Urbanisasi cepat di Bandar Lampung dan sekitarnya juga membawa tantangan baru, mulai dari kemacetan hingga tekanan terhadap fasilitas publik.
Dari sisi inflasi, Lampung sempat mengalami tekanan harga bahan pokok di awal tahun, terutama beras dan minyak goreng. Pemerintah daerah harus terus menjaga kestabilan ini, mengingat daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah masih rentan.
Secara keseluruhan, ekonomi Lampung di 2025 berjalan di jalur positif, namun penuh kehati-hatian. Diperlukan sinergi yang lebih kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memastikan pertumbuhan yang bukan hanya tinggi, tetapi juga inklusif dan berkelanjutan.
Harapannya, Lampung tidak hanya menjadi lumbung pangan nasional, tapi juga pusat industri, perdagangan, dan pariwisata yang modern dan kompetitif di Sumatera.