Minimnya Ketertarikan Generasi Muda: Apakah Ini Ancaman Bagi Pertanian di Indonesia?

Lampungku39-Selama ini, sektor pertanian sering dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai pekerjaan yang tidak menghasilkan keuntungan besar. Stigma ini sangat melekat dalam masyarakat, terutama di kalangan generasi muda yang lebih tertarik pada pekerjaan di sektor industri, jasa, atau teknologi.

Banyak anak muda tidak memilih sektor pertanian sebagai karir masa depan karena persepsi bahwa pekerjaan ini biasa saja dengan penghasilan rendah dan kerja yang melelahkan, padahal sektor pertanian memegang peran vital dalam kehidupan, terutama sebagai penyedia kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat.

Sebagai negara berpenduduk besar, Indonesia harus memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh warganya. Ketahanan pangan sangat penting untuk menjaga stabilitas sosial dan ekonomi, terutama dengan meningkatnya kebutuhan pangan seiring bertambahnya jumlah penduduk.

Namun, realitanya jumlah petani di Indonesia terus menurun. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 terdapat sekitar 31 juta petani, tetapi angka ini turun menjadi 27,2 juta pada tahun 2023.

Penurunan ini menunjukkan adanya krisis regenerasi petani, di mana semakin sedikit generasi muda yang tertarik untuk masuk ke sektor pertanian. Hal ini terjadi karena pandangan negatif terhadap pekerjaan petani. Selain itu, pendidikan di Indonesia kurang memaksimalkan perhatian pada pentingnya agrikultur dalam perekonomian.

Pendidikan pertanian yang berbasis teknologi dan inovasi jarang diajarkan di sekolah atau perguruan tinggi, sehingga banyak generasi muda yang tidak menyadari potensi besar yang dimiliki sektor ini. Akibatnya, pemahaman terbatas tentang pertanian memperburuk krisis regenerasi petani, membuat sektor ini semakin kurang diminati oleh anak muda.

Generasi muda memiliki potensi besar untuk memajukan sektor pertanian karena mereka mampu beradaptasi dengan perubahan di era teknologi. Dengan teknologi, proses bertani akan menjadi lebih modern, efektif, dan menarik, sehingga tidak lagi dianggap sebagai pekerjaan yang kuno.

Misalnya, media sosial seperti Instagram, TikTok, atau marketplace lain bisa dimanfaatkan untuk memasarkan hasil pertanian dengan strategi pemasaran yang baik. Produk tani bisa dijual langsung kepada konsumen tanpa bergantung pada perantara yang sering memotong keuntungan petani dan menjangkau pasar lebih luas.

Dengan kreativitas dan ide-ide baru, sektor pertanian bisa berkembang menjadi lebih inovatif dan berkelanjutan. Namun, kurangnya dukungan nyata dari pemerintah menjadi hambatan besar bagi anak muda untuk terjun ke sektor pertanian.

Insentif seperti subsidi atau pelatihan teknologi dalam sektor pertanian masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyediakan program yang memberikan akses untuk mendapatkan subsidi dan pelatihan tersebut.

Pemerintah harus mengambil langkah lebih tegas untuk mendukung generasi muda dalam sektor ini. Kampanye dan edukasi tentang pentingnya pertanian bagi ketahanan pangan perlu digalakkan. Banyak petani sering terhambat proses kerjanya oleh berbagai faktor yang terdengar menyedihkan, padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam yang sayang jika tidak dikelola secara maksimal.

Pemerintah harus lebih giat dalam mewujudkan program-program yang mendukung sektor pertanian hingga berkelanjutan dan membuat kebijakan yang lebih mendukung petani dibandingkan perantara yang menaunginya.

Pada akhirnya, masa depan pertanian Indonesia sangat bergantung pada minat dan peran generasi muda. Dengan dukungan teknologi, kreativitas, dan kebijakan yang baik, sektor pertanian bisa berkembang menjadi sektor yang mendukung ketahanan pangan dan perekonomian nasional. Tanpa adanya regenerasi petani yang kuat, sektor pertanian bisa menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan di masa depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *