Potret Perjuangan Petani Singkong di Tulang Bawang: Di Tengah Harapan dan Tantangan Ekonomi

Tulang Bawang, Lampung – Kabupaten Tulang Bawang dikenal sebagai salah satu daerah penghasil singkong terbesar di Provinsi Lampung. Tanaman singkong menjadi komoditas utama yang menopang perekonomian masyarakat di wilayah ini. Namun, di balik potensi besar tersebut, petani singkong menghadapi berbagai tantangan yang memengaruhi kesejahteraan mereka.

Dari Ladang ke Pasar: Perjalanan Panjang Singkong
Setiap pagi, petani di Tulang Bawang memulai aktivitas mereka di ladang. Proses menanam singkong membutuhkan perhatian ekstra, mulai dari pemilihan bibit unggul, pemupukan, hingga menjaga kesuburan tanah. Dalam waktu 6–8 bulan, singkong siap dipanen, tetapi perjalanan panjang tidak berhenti di situ.

“Setelah panen, kami harus mencari tengkulak yang mau membeli singkong dengan harga layak. Sayangnya, harga sering kali tidak stabil,” ujar Sukiman, seorang petani singkong di Kecamatan Banjar Agung.

Tantangan Harga dan Modal
Harga singkong yang fluktuatif menjadi salah satu tantangan terbesar bagi petani. Ketergantungan pada tengkulak sering membuat petani tidak memiliki daya tawar. Selain itu, kenaikan harga pupuk dan bahan bakar juga semakin menekan biaya produksi.

“Harga singkong kadang cuma Rp800 per kilogram, padahal ongkos produksinya sudah tinggi. Kalau terus seperti ini, sulit untuk mendapat untung,” keluh Sri, petani lainnya.

Inovasi dan Harapan
Meski menghadapi banyak kendala, para petani di Tulang Bawang tetap berusaha mencari solusi. Beberapa kelompok tani mulai mengembangkan diversifikasi produk, seperti membuat keripik singkong atau tepung tapioka, untuk menambah nilai jual hasil panen.

“Kami berharap pemerintah bisa memberikan pelatihan pengolahan hasil singkong dan memfasilitasi akses pasar yang lebih luas. Kalau ada koperasi khusus petani singkong, mungkin kami bisa lebih mandiri,” kata Sukiman.

Dukungan Pemerintah dan Swasta
Pemerintah daerah Tulang Bawang telah menggagas beberapa program untuk mendukung petani, seperti subsidi pupuk dan bantuan alat pertanian. Namun, petani merasa program tersebut masih perlu ditingkatkan agar lebih merata dan tepat sasaran.

“Kami butuh bantuan lebih untuk akses ke teknologi pertanian modern dan pasar yang stabil. Kalau ada kerja sama dengan perusahaan besar, kami yakin kesejahteraan petani bisa meningkat,” tambah Sri.

Potensi Besar, Tantangan Nyata
Sebagai salah satu penghasil singkong utama, Tulang Bawang memiliki potensi besar untuk menjadi sentra agroindustri berbasis singkong. Dengan dukungan yang tepat, para petani optimis hasil panen mereka tidak hanya menopang kebutuhan lokal, tetapi juga menjadi komoditas ekspor yang mengangkat nama daerah.

Kisah para petani singkong di Tulang Bawang adalah refleksi dari perjuangan masyarakat pedesaan yang terus berusaha menghadapi tantangan. Mereka tetap berpegang pada harapan bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi yang baik, masa depan cerah akan segera terwujud.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *