Bandar Lampung– Kota Bandar Lampung tidak akan menyumbangkan putra terbaiknya untuk Timnas Indonesia, sampai Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI dan pemerintahnya berkenan memperjuangkan lingkungan generasi pesepakbola di Tanah Sang Bumi Ruwa Jurai ini.
Bandar Lampung yang resmi didirikan pada tahun 80an ini, bahkan kalah dengan Maluku Utara yang baru diresmikan tahun 99.
Anak-anak nun jauh di timur Indonesia lebih berkesempatan menjadi milyader atau sekadar jutawan sebagai pesepakbola karena klubnya, yakni Malut United sekarang ini, di tahun 2025 besar dan populer di BRI Liga Satu.
Dulu Lampung punya klub bernama Jaka Utama dan PSBL yang sempat populer di kasta tertinggi sepakbola Indonesia. Pada era profesional sekarang ini, Lampung juga sempat populer di kancah Liga nomor satu Indonesia dengan Badak Lampung. Namun hanya semusim, kemudian pengelolaannya jadi kian samar.
Kota ini akan kian asing dengan pesepakbolanya sendiri, siapa yang tahu legenda sepakbola asal Lampung kecuali Rahmad Darmawan? Itu pun baru populer setelah menjadi pelatih dan bukan berasal dari Kota Bandar Lampung, melainkan Kota Metro.
Asprov PSSI untuk Lampung dan pemerintah perlu membentuk lingkungan sepakbola guna stimulisasi generasi kota ini menjadi mapan.
Stimulisasi itu tentu kompetisi bertaraf liga dari tingkat kecamatan yang kemudian para juaranya dipertandingkan lagi dalam kompetisi sistem gugur tingkat Kota.
Baru kemudian ada harapan anak di Bandar Lampung hidup layaknya mega bintang Cristiano Ronaldo.
Perlu diingat! Bahwa Ronaldo dulunya seorang yang bekerja sebagai penyapu jalanan. Tapi karena sepakbola ia bisa menyalurkan kekayaan untuk amal.
Ada lagi Sadio Mane. Dulu, ia hanya berstatus anak miskin dari Afrika yang sekarang karena sepakbola, Mane sanggup telah membantu pemerintah setempat membangun stadion dan rumah sakit serta membagikan sarana pembelajaran elektronik bagi anak-anak di kampungnya.***