Bandar Lampung— Stadion Mini Kalpataru, Kemiling, Bandar Lampung ramai dan ramai ketika pagelaran Pekan Olahraga Nasional karena masing-masing tim dari kelurahan saling bertanding dan memiliki suporternya masing-masing.
Saat berlangsungnya Porcam itu, tribun penonton penuh bahkan supporter sampai menyaksikan pertandingan kelurahannya di pinggir-pinggir lapangan.
Namun pengelolaan Porcam hanya euforia jangka pendek karena level pertandingannya tidak menerapkan format liga, melainkan sistem kompetisi gugur. Selain itu, sepertinya setiap pemain yang boleh bertanding dalam Porcam tidak dibatasi usia.
Alex Pastoor Mainkan Formasi Shin Tae-yong
Walikota Bandar Lampung Eva Dwiana punya catatan bagus dalam membangun Kota Bandar Lampung karena salah satu program fantastisnya adalah pembangunan Gedung Olahraga.
Maka atas dasar antusias warga dan antusias pemain dalam Porcam serta melihat pembangunan olahraga dari era pemerintahan Herman HN dan Eva Dwiana, berarti ada peluang untuk selalu meramaikan sarana-sarana olahraga tersebut demi kepentingan rakyat dan generasi penerus kota Bandar Lampung dalam bidang sepakbola yang menjadi olahraga paling banyak banyak digandrungi masyarakat Indonesia.
Sepakbola bukan semata olahraga karena sekarang ini, kisaran gaji pemain lokal di BRI Liga Satu mulai dari 2 Juta hingga 2 miliar rupiah permusim.
Shin Tae-yong Paham dan Telah Menyatu dengan Timnas Indonesia
Pratama Arhan adalah pemain lokal yang berasal dari Desa Sidomulyo, Banjarejo, Blora, Jawa Tengah. Sekarang ini karena statusnya pemain Nasional Indonesia maka kisaran honornya permusim telah mencapai 500-600 juta rupiah.
Ada lagi Rizky Ridho yang tak tergantikan sebagai bek Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong. Ridho yang berasal dari Kota Surabaya, Jawa Timur dan sekarang bermain untuk Persija Jakarta itu, telah mengantongi uang 5,6 miliar rupiah pertahun.
Pemain asal Surabaya, Jawa Timur lainnya yang sudah mengantongi uang miliaran rupiah pertahun ialah Malik Risaldi. Beberapa kali ia mendapat panggilan Pelatih Shin Tae-yong untuk memperkuat lini serang Timnas Indonesia.
Anak-anak Kota Bandar Lampung belum bisa seperti generasi-muda dari Surabaya atau Kabupaten Blora jika hanya mengandalkan Porcam dalam membentuk generasi emas pesepakbola, meski jelas bahwa dari generasi sarana olahraganya sudah cukup menunjang.
Pertama yang mendasar tentang mengapa anak-anak Bandar Lampung tidak akan seperti Arhan hingga Malik Risaldi karena klub sepakbola kota ini tidak mampu bersaing di kompetisi tinggi Indonesia, sehingga anak-anak kota Bandar Lampung yang hobi dan berkeinginan seperti mereka sekarang ini terlantar dan terombang-ambing mimpi. Porcam bagus untuk euforia saat ini, namun tidak ada kata pelatihan dari Porcam.
Penting bagi Asosiasi Provinsi PSSI, Dispora dan Pemkot Bandar Lampung menyalurkan anggaran 700 hingga 950 juta untuk membentuk dan menyelenggarakan Liga Tingkat Kecamatan dalam rangka Pembinaan Generasi Sepakbola.
Peruntukan anggaran yang nilainya hampir satu miliar itu hanya untuk satu kecamatan dan yang menjadi percontohan yakni Kemiling karena memiliki wilayah kelurahan terbanyak se-Bandar Lampung.
Dalam anggaran itu, semua sudah diperhitungkan untuk memberikan dana pelatihan bagi ofisial dan pemain selama 36 pertandingan liga berjalan, ada dana transportasi dan makan bagi pihak keamanan yang terdiri dari anggota Polsek dan Linmas serta kebersihan dari kelurahan.
Selain itu, anggaran hampir satu miliar untuk liga di satu kecamatan itu juga sudah mencakup uang kehormatan bagi panitia dan pendukung serta kebutuhan selama 36 pertandingan format liga berjalan.
Kompetisi liga tingkat kecamatan ini tentu menjadi sesuatu yang paling ditunggu-tunggu oleh anak-anak muda Bandar Lampung. Apalagi sarana untuk menyelenggarakan kompetisi itu sudah terbangun.
Nanti, para juara tingkat kecamatan ini dipertandingkan lagi dalam sistem kompetisi gugur di tingkat kota. Baru kemudian sepakbola Bandar Lampung terdengar dan akan mendatangkan agen-agen atau pencari bakat dari klub-klub Liga Indonesia untuk merekrut pemain-pemain dalam kompetisi pelatihan ini.
Bahkan, liga pembinaan sepakbola tingkat kecamatan ini juga bisa jadi sebagai penunjang kebangkitan klub-klub Lampung untuk kembali berkompetisi di level tertinggi sepakbola Indonesia.
Pelatih atau pemilik klub professional di Bandar Lampung bisa lebih mudah dalam melakukan seleksi pemain untuk berkompetisi di level nasional.
Tinggal lagi keinginan pemangku kepentingan seperti Dispora, Pemkot dan Asprov PSSI Lampung dalam menjalankan gagasan pembinaan pemain sepakbola muda di kota ini, sebab nilai anggaran itu masih kalah dengan anggaran penyelenggara pemilu atau pilkada di tingkat kecamatan yang totalnya untuk satu wilayah bisa mencapai dua miliar rupiah.
Dalam pilkada itu, para calon kepala daerah menjanjikan visi misi kemajuan olahraga daerah.***