Tambak Udang di Rawajitu Lampung Dorong Ekonomi dan Kesejahteraan Lokal

Kawasan Rawajitu, Lampung, semakin dikenal sebagai salah satu sentra tambak udang terbesar di Indonesia. Dengan potensi lahan yang luas dan dukungan alam berupa air payau yang ideal, tambak udang di wilayah ini telah menjadi salah satu pilar ekonomi utama bagi masyarakat setempat.

Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah bersama sejumlah perusahaan perikanan skala besar dan petani tambak mandiri terus mendorong pengembangan sektor budidaya udang. Udang vaname, yang memiliki permintaan tinggi di pasar ekspor, menjadi komoditas utama dari tambak-tambak di Rawajitu.

Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung, produksi udang dari Rawajitu mencapai lebih dari 30.000 ton per tahun, dengan mayoritas hasilnya diekspor ke negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Angka ini menjadikan Rawajitu sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar di sektor perikanan bagi Provinsi Lampung.

Dampak Ekonomi dan Sosial
Selain memberikan kontribusi pada ekonomi regional, tambak udang di Rawajitu juga membawa dampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Ribuan penduduk setempat kini menggantungkan hidupnya pada sektor ini, baik sebagai petambak, pekerja tambak, maupun pelaku usaha pendukung seperti penyedia pakan dan alat tambak.

Salah satu petambak, Arifin (45), mengungkapkan bahwa pengelolaan tambak yang lebih modern membuat hasil panennya meningkat tajam. “Dulu kami hanya mengandalkan cara tradisional, tapi dengan teknologi aerator dan pakan yang lebih berkualitas, panen bisa tiga sampai empat kali lipat,” ujarnya.

Namun, tantangan tetap ada, seperti fluktuasi harga udang di pasar internasional, perubahan cuaca ekstrem, dan isu lingkungan. Untuk mengatasinya, pemerintah daerah dan asosiasi petambak memberikan pelatihan kepada para petani tentang manajemen tambak berkelanjutan.

Isu Lingkungan Jadi Perhatian
Di sisi lain, pengembangan tambak udang di Rawajitu juga menimbulkan kekhawatiran terkait dampak lingkungan, seperti penurunan kualitas air dan kerusakan ekosistem mangrove. Organisasi lingkungan dan akademisi menyerukan pentingnya pengelolaan yang ramah lingkungan.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lampung, Agus Santoso, menyatakan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan petambak untuk menerapkan teknologi pengolahan limbah tambak. “Kami mendorong penggunaan sistem bioflok dan pengelolaan limbah terpadu agar dampak negatif bisa diminimalkan,” jelasnya.

Dengan potensi besar yang dimiliki, tambak udang di Rawajitu diharapkan mampu terus berkembang menjadi sektor andalan yang tidak hanya mendukung ekonomi daerah, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *